Daftar Blog Saya

Sabtu, 15 September 2018

KANAN DAN KIRI

Bagian 3

"Ada saatnya ibu cerita semua padamu, Rosi. Tapi tidak sekarang. Saat ini yang terpenting bagaimana menolong adikmu. Hanya ginjal ayahmu yang bisa menolong adikmu. Sampai saat ini ibu tidak pernah tahu keberadaan ayahmu. Ibu tidak pernah bertemu ayahmu sejak menitipkanmu di panti. Keluarga ayahmulah yang tahu di mana ayah berada. Ibu tidak pernah diberi tahu". Wanita itu bercerita.

"Temui pamanmu, Nak ..., beliau yang tahu di mana keberadaan ayahmu. Ibu tidak bisa menemanimu. Mereka sudah mendzalimi ibu, Nak. Kalau ibu yang turut campur  semua akan kacau. Pergilah, ibu menjaga Reva di sini". Lanjutnya.

Apapun yang disampaikan wanita itu, Rosi tak peduli lagi. Yang terpenting adalah mencari ayahnya demi keselamatan Reva.
"Semoga berhasil, Rosi. Kami menunggumu di sini", ucap wanita itu lirih. Rosi mengacuhkannya sambil berlalu pergi.

*****

"Reva, andai nyawa ibu bisa menyembuhkanmu, ibu ikhlas, Nak".
Tangis Aida pecah. Penyesalan yang tak berujung timbul di hatinya. Kalau saja mertuanya yang matre itu tidak mengancam akan memisahkan dia dan anak-anaknya, iya tak 'kan meninggalkan mereka di panti. Berharap bisa menyembunyikan kedua buah hatinya dari kejaran mertuanya. Hingga akhirnya ia tidak menemukan anak-anaknya di panti iti lagi. Pengasuh panti tempat ia menitipkan kedua anaknya sudah tiada. Dan entah apa kisah kedua anaknya setelah itu. Yang jelas ia sangat marah saat itu. Anak hilang, rumah tangganya berantakan. Ibu mertuanya selalu menuduh kalau ia yang menjauhkan Ray suaminya dari keluarga. Ray tidak mau membiayai hidup ibunya yang janda karena hasutan Aida. Sampai-sampai Aida difitnah sudah selingkuh dengan laki-laki lain. Dan Ray percaya. Berlalu pergi tanpa mau mendengarkan penjelasan Aida. Tidak hanya itu, ibu mertuanya berusaha merebut anak-anak dan memisahkannya dengan Aida. Sampai saat ini ia tidak tahu bagaimana kabar suaminya. Yang jelas saat inj hatinya bahagia bercampur sedih. Bahagia bisa bertemu anak-anaknya tetapi dalam keadaan seperti ini.

*****

"Mari ikut denganku". Ajak laki-laki itu kepada Rosi. Rosi mengikuti langkah kaki laki-laki tegap itu ke sebuah rumah kecil. Sepi. Sepertinya tidak ada penghuni di dalam rumah itu. Hati dan tubuhnya sudah lelah. Mulai dari mencari ibunya, kemudian mencari tahui keberadaan pamannya demi mencari ayahnya.

*****
"Ke kampung itu Andro biasanya pergi". Ujar orang-orang komplek tempat tinggal ayah dan neneknya. Ia tidak nekad mencari tahu langsung ke rumah ayahnya. Walaupun alamat lengkap sudah diberikan ibunya. Bukan tidak berani. Tapi tidak mau membuang-buang waktu dan mendapatkan masalah baru dari neneknya. Setidaknya Rosi mendengar perkataan ibunya. Rosi lebih memilih bertanya pada warga komplek tentang pamannya, Andro. Untung saja warga komplek mau bekerjasama dengannya.


(bersambung ...)


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Harapan Baik untuk Guruku

Harapan baik untuk guruku Tepat 25 November ini hari guru telah lahir di dunia Teruntuk guru hebat yang sedang membaca surat ini...