Daftar Blog Saya

Sabtu, 15 September 2018

KANAN DAN KIRI

Bagian 4


Terpaku Rosi melihat pandangan di depannya. Seorang laki-laki berbadan kurus dengan tatapan kosong membuat jantungnya berdebar dan bertanya: "Ayahku, Pak?" Tanyanya pada Andro. "Panggil aku paman, aku adik ayahmu". Ucap laki-laki itu. Dua bulan sejak terpisah dengan kalian keadaannya tidak karuan. Ia ingin mengikuti kata hati tetapi ibu selalu mencegahnya. Ibu takut Herman pergi dan tidak kembali lagi". Cerita laki-laki itu.
"Tapi kenapa ayah harus di pasung seperti ini, paman?". Rosi mulai berkaca-kaca. Ujian apa lagi yang harus dilaluinya. Masa kecil yang hilang karena diselimuti duka tanpa orang tua. Entah bagaimana rasanya disayang ayah dan ibu. Rosi hanya paham tentang menjaga adiknya. Selebihnya, hanya dendam dalam hati pada kedua orang tuanya. Iri melihat teman sekelasnya begitu sempurna. Ayah dan ibu mereka lengkap.

Rosi kecil mencoba menata hatinya yang hancur. Berat karena tanpa ayah dan ibu harus ditanggungnya. Semakin bertambah usia, ia hanya bisa menutup lukanya rapat-rapat. Menjaga agar luka jangan terbuka. Sulit, tapi harus dijalani Rosi. Sudah dicobanya mencari perhatian yang tidak didapatkannya. Tapi semua berbeda. Apapun yang dilakukannya tidak pernah membuat hatinya nyaman. Selalu ada yang kurang. Teman dekat silih berganti mengisi hari-harinya. Tapi tak pernah sepaham. Dan akhirnya ia benci sendiri pada dirinya. Kenapa dilahirkan tanpa disayangi.

*****

"Antar abangmu ke rumah kita di kampung, Andro. Ibu tidak ingin ia berada di sini. Apa kata masyarakat kalau tahu abangmu sudah tidak waras". Ucap wanita tua itu.
" Kenapa harus di kampung, Bu? Malah abang tidak akan sembuh. Tidakkah sebaiknya kita antar ke rumah sakit jiwa  saja ?". Tanya Andro.
"Sama saja. Lambat laun masyarakat di sini akan tahu keadaan abangmu. Bawalah ke kampung. Abangmu tidak gila. Hanya perlu di asingkan".

Rosi geram mendengar cerita pamannya. Perlahan di dekati tubuh kurus itu. Diusapnya wajah ayahnya. Hilang rasa dendam yang dipendamnya.
"Ayah, ini Rosi yah ..., anak ayah ..., ", ujar Rosi lirih sambil menunjukkan foto di tangannya.
Laki-laki itu menoleh ke arah foto dan memandang wajah Rosi. "A ..anakku ..., kamu Rosi? Ka ... kamu anakku Rosi?, ucapnya terbata-bata. Sekilas terlihat senyum di wajah Andro. Ia tahu obat Herman, abangnya sudah datang. Ada perasaan lega di dadanya. Ia hanya ingin abangnya bahagia. Herman berbeda dengannya. Lebih rapuh. Setiap masalah yang datang pada Herman selalu Andro yang jadi perisainya. Tapi perpisahan Herman dan istrinya membuat Herman kehilangan akal sehat. Tidak ada obatnya, kecuali hari ini.

*****

"Bagaimana, Bu ... pasien harus segera dioperasi sebelum terlambat ...", dokter mengingatkan bu Aida.
"Ya Allah ..., berhasilkah dirimu, Nak ...", gumamnya.

"Dok, berapapun biayanya akan saya bayar. Tolong temukan sekarang juga donor ginjal untuk anak saya, Dok", ujarnya cemas.

(Bersambung ...)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Harapan Baik untuk Guruku

Harapan baik untuk guruku Tepat 25 November ini hari guru telah lahir di dunia Teruntuk guru hebat yang sedang membaca surat ini...